Risalahmujahidin.com – Tahun 2015, agaknya menjadi tahun intoleransi dan Islamophobia bagi hubungan Barat dan Islam. Intoleransi ditandai dengan peristiwa berdarah yang menimpa Charlie Hebdo, 7 Januari lalu. Dua pemuda pemberani, Syarif dan adiknya Said Kuwaisyi (Kouachi) mengeksekusi mati 12 redaktur majalah satir dan cabul Charlie Hebdo, karena menista Nabi Muhammad Saw melalui karikatur biadab.
Barangkali benar, tidak ada manusia –baik semasa hidup maupun setelah matinya- yang mendapatkan teror paling dahsyat dari orang kafir, kecuali Nabi Muhammad Saw.
Hadirnya sekitar 40 pemimpin Barat di tengah demo solidaritas warga Paris, 11 Januari 2015, membela para penista Nabi dan mengutuk eksekutor kartunis satir. Bersama jutaan demonstran, para penguasa itu menunjukkan keberpihakannya pada orang yang mengolok-olok Nabi Saw dan memilih bermusuhan dengan umat Islam, ketimbang menindak orang-orang yang tidak bermoral itu. Ini bukti tragedi intoleransi di awal tahun ini.
Benarlah prediksi intelektual George Orwell yang mengatakan: “Saat masyarakat semakin jauh dari kebenaran. Maka kebencian mereka terhadap orang-orang yang membicarakan kebenaran, semakin memuncak”.
Sedangkan Islamophobia ditandai dengan menyudutkan Islam atas nama kebebasan. Atas nama kebebasan, manusia tidak lagi bisa membedakan benar dan salah, baik dan buruk, halal dan haram, mulia dan biadab, manfaat dan mudharat. Mereka tidak bisa membedakan perlakuan terhadap seorang Nabi yang dihormati dan dimuliakan oleh lebih dari satu setengah miliar manusia di dunia, dengan manusia rendah dan idiot yang mencari makan dan popularitas melalui perbuatan nista dan menista, berdasarkan persepsi dan kepentingan hawa nafsunya.
Jika mereka sungguh-sungguh menghargai kebebasan berpendapat, mengapa kaum Islamophobia menjegal dakwah Islam di negeri mereka? Simak laporannya dalam Fokus RM, “Islamophobia Bukti Kegagalan Kristenisasi”.
Bahasan lainnya, tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, 12 Rabi’ul Awal 1436 H bertepatan dengan 3 Januari 2015. Presiden Joko Widodo memberi sambutan yang diskriminatif, tentang perlunya umat Islam menghormati Nonmuslim. Pernahkan Presiden menasehati Nonmuslim supaya menghormati penduduk mayoritas Muslim negeri ini?
Simak pula rubrik khas Tadabbur, Tafsir, Diplomasi Dakwah, juga Kisah Bilal yang menawan hati. Selamat membaca!