Taat Kepada Allah Melahirkan Kejujuran dan Rasa Aman

Oleh Al-Ustadz Muhammad Thalib
Amir Majelis Mujahidin

Risalahmujahidin.com – Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71)

“Kaum mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka mengajak berbuat kebajikan, mencegah kemungkaran, melakukan shalat, mengeluarkan zakat, dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang akan mendapat rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa untuk menolong kaum mukmin lagi Mahabijaksana dalam memberikan pertolongan.” [QS. At-Taubah, 9: 71]

لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوا وَّآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوا وَّآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوا وَّأَحْسَنُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (93)

“Orang-orang beriman dan beramal shalih tidaklah dianggap salah karena mereka dahulu biasa memakan makanan yang haram karena mereka belum tahu bahwa makanan itu diharamkan, selama mereka tetap taat dan beriman serta beramal shalih, kemudian taat dan beriman, kemudian taat dan ikhlas dalam berbuat kebajikan. Allah mencintai orang-orang yang suka berbuat kebajikan.” [QS. Al-Maaidah, 5: 93]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِك

“Cintailah orang lain sebagaimana cintamu kepada dirimu.” [HR. Bukhari dalam kitab Tarikhnya, Thabarani, Hakim dan Baihaqi]

Kedua ayat di atas menegaskan bahwa upaya menciptakan rasa aman dalam kehidupan dunia adalah dengan mematuhi syariat Allah secara konsisten. Karena ketaatan kepada Allah menghasilkan rasa diawasi oleh Allah sehingga menciptakan kejujuran, sifat amanah dan menjaga hak-hak orang lain serta menjauhi tindakan-tindakan yang dapat menzhalimi orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan bahwa seseorang muslim harus dapat mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.

Dengan terbentuknya sifat kejujuran dan rasa aman dalam kehidupan di dunia ini, maka manusia mampu membangun peradaban dan kebudayaan yang bermutu. Sebab, dia memiliki semangat hidup dan bekerja keras untuk kebaikan, perubahan nasib dan segala hal yang diperlukan untuk kemajuan hidupnya di dunia.

Ketaatan kepada Allah akan menciptakan semangat untuk kmencegah masyarakat melakukan hal-hal yang buruk atau mungkar. Sikap kontrol terhadap perilaku negatif masyarakat memiliki pengaruh kuat untuk menjaga akhlak, menumbuhkan rasa malu dan mendorong semangat berlomba untuk kebaikan.

Bila semangat mengontrol diri sendiri dan masyarakat menjadi kuat, maka rasa malu dalam diri setiap orang akan menjadi kuat pula. Setiap keluarga dan lingkungan masyarakat yang dibentuk di atas rasa malu dan semangat berbuat baik yang tinggi akan melenyapkan perilaku buruk yang mengganggu ketenteraman masyarakat. Karena itu, Allah menyebutkan para hamba-Nya yang taat kepada-Nya sebagai orang-orang yang jujur yang termaktub pada ayat 71 At-Taubah di atas.

Orang-orang yang taat kepada Allah dengan sendirinya harus meneladani kehidupan Rasulullah dalam segala asper kehidupannya. Karena Rasulullah adalah merupakan sosok yang menjabarkan Al-Qur’an dalam praktek sebagaimana yang dikendaki oleh Allah. Maka, orang-orang yang taat kepada Allah tidak berani menyalahi Al-Qur’an, mengurangi ajaran Rasulullah atau menciptakan perilaku-perilaku bid’ah dalam agama maupun perilaku-perilaku buruk dalam kehidupan bermuamalah.

Orang-orang yang takut kepada Allah menyadari bahwa contoh-contoh yang diberikan oleh Rasulullah merupakan bahagian dari pelaksanaan Al-Qur’an sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَلا إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

“Ketahuilah, bahwa aku diberi Al-Qur’an dan hal lain yang sama dengan itu.”

Maka orang yang taat kepada Allah menyadari adanya kewajiban menegakkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan menegakkan sunnah Rasulullah ini, menjadikan jiwanya selalu berlaku jujur, amanah dan menjaga kemaslahatan orang lain.

Taat kepada Allah berarti menjauhkan dirinya dari ketergantungan kepada sesama manusia dan harta benda. Diaa senantiasa memfokuskan dirinya dalam usaha mencari keridhaan Allah dan mengnyampingkan kesenangan duniawi dalam bentuk apapun bilamana kesenangan-kesenangan duniawi itu merusak aqidahnya dan akhlaknya.

Ketaatan kepada Allah akan membangkitkan kuatnya keimanan kepada hal-hal yang ghaib seperti siksa kubur, siksa neraka, nikmat kubur dan surga. Dengan adanya kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal yang ghaib membentuk tekad dirinya untuk melawan hawa nafsu yang mengajak kepada kemungkaran. Orang yang taat kepada Allah selalu menggunakan akalnya untuk berfikir menempuh jalan yang diridhai oleh Allah dan menguburkan mata hatinya untuk melihat kebenaran ajaran-ajaran Allah. Maka orang-orang yang taat kepada Allah menyadari fungsi dan kewajibannya dalam kehidupan di dunia iniyaitu sebagai makhluk yang diamanati mengelola dunia dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah.

Orang-orang yang taat kepada Allah terbuka hatinya untuk bersikap kasih sayang, menghargai orang lain dan terbuka terhadap kritik atas segala kesalahan yang dilakukannya dalam kehidupan di dunia ini. Karena dia menyadari hanya Allah yang selalu benar dan dirinya bisa salah atau bisa benar.

Oleh karena ketaatan kepada Allah menghidupkan jiwa dan akal manusia untuk mencapai sifat-sifat yang baik seperti sikap berterus terang, berani, jujur menghargai orang lain dan bertanggung jawab mencegah kemungkaran di tengah masyarakat, maka jiwa yang taat kepada Allah pasti menghasilkan dunia yang dipenuhi kejujurabn, keadilan, kesejahteraan dab keamanan. Inilah yang disebut oleh Allah dengan dinanungi barokah yang datang dari langit dan bumi.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)

“Sekiranya penduduk berbagai negeri mau beriman dan taat kepada Allah, niscaya Kami akan bukakan pintu-pintu berkah kepada mereka dari langit dan dari bumi. Akan tetapi karena penduduk negeri-negeri itu mendustakan agama Kami, maka Kami timpakan adzab kepada mereka akibat dari dosa-dosa mereka.” [QS. Al-A’raaf, 7: 96]. []

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top