Risalah Mujahidin – Dari Abu Hind Ad-Dari, dari Rasulullah Saw, sabdanya: Allah Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Tinggi kekuasaannya berfirman:
« مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِي ، وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلائِي ، فَلْيَلْتَمِسْ رَبًّا سِوَاي » .
Siapa saja yang tidak rela menerima ketetapan-Ku (takdir-Ku) dan tidak sabar menghadapi ujian-ujian-Ku kepada dirinya, silahkan dia mencari Tuhan selain Aku. [HR. Ath-Thabrani dan Ibnu ‘Asakir]
Hadits di atas sanadnya lemah, karena di dalamnya ada rawi bernama Said bin Ziyad, dan Faid bin Ziyad, dan mereka adalah rawi-rawi yang lemah. Sekalipun demikian, hadits ini isinya dapat diterima.
Manusia, Allah uji dengan berbagai macam cobaan, dan manusia tidak dapat lari dari cobaan atau ujian yang Allah timpakan pada dirinya. Misalnya, Allah tetapkan seseorang menjadi laki-laki, maka dia tidak bisa menolak ketetapan ini. Begitu juga seseorang yang Allah jadikan perempuan, dia tetap harus menerima apa adanya sekalipun hatinya tidak menyukainya.
Di dunia ini, nasib manusia bermacam-macam, ada yang baik dan ada yang nestapa. Kondisi yang dihadapi setiap orang harus diterima dengan penuh kesabaran. Sebab kalau dia tidak sabar, ke mana dia menggugat? Orang yang Allah takdirkan miskin, lalu dia tidak terima, ke mana dia akan menuntut? Orang yang Allah takdirkan sakit keras, dia tidak terima, lalu ke mana dia mengadukan nasibnya? Yang berkuasa mengatur nasib manusia hanyalah Allah semata. Kematian seseorang hanya Allah yang menetapkan.
Apabila yang bersangkutan membenci kematian, ke mana dia hendak mencari perlindungan? Bukankah segala upaya manusia melarikan diri dari takdir Allah hanya sia-sia? Karena itu, apa yang disebutkan pada hadits di atas sangat masuk akal.
Seperti kejadian beberapa tahun lalu, ketika terjadi Tsunami di Aceh, 2004. Ada orang menyebarkan keluhan melalui SMS. “Saya tidak suka Tuhan yang kejam, menyiksa manusia sewenang-wenang,” tulisnya.
Orang yang tidak ridha bertuhan pada Allah karena mengalami cobaan-cobaan buruk dari Allah, maka silahkan saja dia mencari Tuhan lain guna membebaskan diri dari cobaan buruk yang Allah timpakan kepadanya. Apakah manusia dapat melarikan dirinya dari Allah, Tuhan yang menentukan nasib dirinya?