Risalah Mujahidin – Halusinasi bahaya ISIS di Indonesia, telah menyedot perhatian publik secara masif. ISIS diposisikan sebagai ancaman berbahaya melebihi bahaya komunis dan Syi’ah. Seperti kasus terorisme yang selalu distigmatisasikan dengan gerakan Islam, begitu pun ISIS, yang sebenarnya rekayasa Amerika.
Sejatinya, Amerika menargetkan Islam sebagai musuh utama, tetapi tidak secara langsung berhadapan dengan Islam. Mereka terkesan membenci ISIS, padahal yang dibenci adalah penegakan syariat Islam dan Khilafah Islamiyah yang dijadikan ikon perjuangan ISIS.
Untuk apa Amerika melakukan hal itu? Agar yang menolak syariat Islam tidak hanya orang kafir, tapi juga orang Islam sendiri, karena ternyata cita-cita penegakan syariah Islam dan khilafah adalah ideologi ISIS yang jahat. Fenomena inilah yang kini terjadi saat umat menyikapi Khilafah Islam yang didirikan ISIS.
Tidak tanggung-tanggung, pada 23 Maret 2015, Hendropriyono Strategic Consultant menggelar acara konferensi internasional tentang ISIS dan terorisme. Menurut Hendro, acara itu digelar karena ia melihat potensi hilangnya Islam khas Indonesia.
Mantan Kepala BIN itu menyatakan, beberapa pembicara menilai telah terjadi perang pikiran di dunia maya. Sehingga ia menyimpulkan adanya potensi perang sipil yang harus dicegah.
“Kesimpulan saya, kita di ambang perang sipil. Kita semua harus bahu membahu menanggulangi ancaman terorisme. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, keamanan kita tanggung jawab kita sendiri,” ujar Hendro.
Hendro pun menyarankan WNI di wilayah konflik di Timur Tengah untuk pulang dan bangun Indonesia sesuai Pancasila. Selain itu, membangun Islam khas Indonesia yang dikenal dunia sebagai Islam dengan wajah moderat.
“Kita perlu mengembalikan Islam kita, Islam Indonesia karena itu kita tidak bisa terbawa arus dunia global. Kalau tidak ada yang berbuat, kita akan hancur sama-sama,” ucap Hendro.
“Kehancuran suatu negara bangsa tidak disebabkan segelintir orang tapi orang yang diam saja. Karena itu, sudah waktunya kita bergerak sebagai kekuatan mayoritas mengajak kembali yang tersesat,” tutupnya.
Sayang, Hendro hanya bicara dari persepsinya sendiri. Benarkah ISIS berbahaya atau hanya sekadar wacana? Semuanya dikupas tuntas dalam Fokus. Baca juga rubrik Khazanah Jihad tentang Dakwah Nabi di Medan Jihad. Saat berperang pun Nabi Saw tidak mau kehilangan momentum dakwah. Yang tak kalah seru, Ijtihad Salafy Muslihat polisi, dalam Musykilah, terkait fatwa ustadz Salafy yang membolehkan polisi membunuh terduga teroris berdalih ijtihad.
Insya Alah, mulai edisi Mei 2015, akan ditambah rubrik baru, yaitu Mukallamah (kalam pembaca) guna melibatkan partisipasi pembaca yang ingin mengajukan pertanyaan atas berbagai problem. Pertanyaan dikirim bisa melalui surat, email, whatsapp, atau sms ke 081229771297. Selamat membaca! []
———————–
apa ada ya risalah mujahidin mengirimkan via whatsapp?