Risalah Mujahidin Edisi 37: Parade Tauhid; Saksikan Kamilah Pembela Agama Allah

Pada Sabtu pagi yang cerah di pertengahan bulan Mei 2015, seratus ribu lebih umat Islam, mengenakan pakaian putih, kumpulan dari berbagai elemen ormas Islam, bagai ular raksasa berjalan kaki beriringan di jalan Slamet Riyadi, jalan utama kota Solo, Jawa Tengah. Mereka menyambut seruan mengikuti Parade Tauhid, yang diorganisir oleh Dewan Syariah Kota Surakarta bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo Raya.

Risalah Mujahidin – Puluhan ribu massa membawa berbagai atribut,mengibarkan slogan yang bertuliskan kalimat tauhid “Lailaha Illallah Muhammadurrasulullah”. Poster-poster bernada dakwah juga menghiasi lautan manusia Muslim tersebut. Mereka juga membacakan ayat suci Al-Qur`an dan sejumlah ulama menyampaikan tausiyah.

Parade Tauhid, begitu nama perhelatan itu, setelah dibuka dengan tilawah Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 103 oleh Ustadz Syihabuddin, Mudir Ponpes Isy Karima; massa umat Islam  yang berjibun itu bergerak berjalan kaki menyusuri jalan Slamet Riyadi. Barisan depan diisi pasukan berkuda, selanjutnya diikuti oleh kaum muslimin yang berjalan beriringan memenuhi jalan. Tampak di sebelah selatan jalan terbentang gagah bendera tauhid sepanjang 2,5 km. Di sisi lain, satgas-satgas dari elemen umat Islam memberi arahan, untuk mengatur barisan agar tertib dan damai.

parade-tauhid1

Di jalur lambat, barisan putri pun ikut meramaikan. Masyarakat yang menyaksikan pun tampak antusias. Aparat keamanan yang berjaga-jaga juga terlihat tenang, tanpa ada rasa kekhawatiran. Parade ini diikuti dari berbagai organisasi Islam, Majelis Ta’lim, dan Pondok Pesantren di Solo Raya. Terlihat bendera organisasi MUI, NU, Muhammadiyah, Majelis Tafsir Al-Qur`an, Majelis Mujahidin dan lainnya menghiasi parade tersebut.

“Allahu Akbar… Dari Solo untuk Indonesia Bersyahadat. Dari Solo Untuk Indonesia Bersyariat. Dari Solo Untuk Indonesia Berbarakah.” Suara-suara menggema meneriakkan tema Parade Tauhid hari itu. Sambil long march dengan rute lapangan Kota Barat-Jalan Slamet Riyadi dan berakhir di Bundaran Gladag.

Turut hadir dan memberikan sambutan pada Parade Tauhid ini sejumlah ulama dan aparatur pemerintah. Antara lain tampak Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Surakarta Prof Zaenal, Wakil Walikota Solo Ahmad Purnomo, perwakilan NU dan Muhammadiyah, anggota DPRD Solo dan perwakilan Kraton Surakarta.

Ketua MUI menyatakan ucapan terima kasih kepada semua ulama, ormas Islam, pondok pesantren, pedagang pasar Klewer, umat Islam secara keseluruhan, Polri dan tentara yang ikut serta mengamankan acara ini.

Menurut Prof. Zainal acara ini adalah sarana untuk ukhuwah dan mengantisipasi gerakan-gerakan sesat. Yang disambut kaum Muslimin dengan mengangkat bendera tauhid disertai pekik takbir dan kalimat tauhid.

“Lewat parade ini juga untuk menyatukan umat Islam, karena semua elemen yang ada diundang semua. Jadi bisa bersatu dan menjalin ukhuwah, baik di Solo maupun seluruh Indonesia agar selalu kondusif tidak terkotak-kotakkan,” papar sosok yang juga Dekan Fakultas Kedokteran UNS ini dalam jumpa pers di Posko Kebakaran Pasar Klewer, Selasa (12/5).

Sementara Wakil Walikota Solo dalam sambutannya menyatakan terima kasihnya kepada panitia yang bisa menyatukan puluhan ribu umat Islam dari seluruh unsur dengan tertib dan lancar. Pemkot Surakarta, imbuh dia, menyatakan selamat kepada umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Pemkot Surakarta juga berharap umat Islam meningkatkan cinta, damai, dan aman bagi Kota Surakarta.

Sebelumnya, Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Dr. Mu’inudinillah berharap parade ini bisa sukses dan besar. Karena ini momentum penting untuk mengawali tahun ini yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. “Datangnya Ramadhan ini harus diawali dengan suka cita dan pembersihan tauhid. Lewat ini juga untuk menunjukkan umat Islam di Surakarta bersatu dan eksis,” terangnya.

Seperti hendak merubah citra, yang selama ini Solo distigma sebagai zona jaringan teroris, terbukti mampu mengumpulkan massa puluhan ribu, untuk sebuah parade yang berlangsung spektakuler, tertib, damai, dan kondusif.

Dan yang juga menguatkan citra damai sekaligus mengharukan, dalam even Parade Tauhid ini, di penghujung acara tiba-tiba panitia mengumumkan kedatangan rombongan 3 kereta dari keraton Surakarta yang dipimpin oleh Gusti Puger. Panitia mempersilakan beliau untuk berorasi selama 1 menit. Dalam orasinya Gusti Puger mengajak untuk menegakkan kalimat tauhid, dan meminta dukungan masyarakat Muslim supaya bisa mengembalikan keraton Surakarta kepada tauhid dan bebas dari segala kesyirikan.

Lengkap sudah. Parade Tauhid, yang untuk pertama kalinya digelar menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1436 H, sungguh spektakuler.

Semakin menambah luar biasa acara Parade Tauhid ini adalah kebersamaan dan persatuan umat Islam yang terhimpun dalam satu kalimat tauhid. Hal ini bisa dilihat, lautan massa bersatu berjalan seiring dengan beragam identitas ormas masing-masing. Mereka di persatukan di bawah naungan kalimat Tauhid.

Seperti dikatakan Dr Mu’inudinillah, lebih menitikberatkan pada makna Parade Tauhid itu sendiri. “Acara ini diadakan untuk menunjukkan bahwa umat Islam di Solo tetap eksis dan bisa bersatu. Tauhid sendiri merupakan inti dari segala pemahaman Islam. Jika tauhidnya benar maka seluruh amal ibadahnya benar, namun jika sebaliknya maka amalan seseorang menjadi rusak,” ujarnya.

Dengan berpegang pada tauhid yang benar maka diharapkan umat Islam akan berpegang teguh dan tidak terkecoh oleh banyaknya aliran sesat yang terus menggerogoti kondisi umat Islam saat ini. Parade Tauhid ini, rupanya ingin menegaskan komitmen umat Islam, “Kamilah pembela Islam, Agama Tauhid.”

Kirab Salib

Parade Salib, 2015, di Solo, Jawa Tengah: Eksperimen Kristenisasi
Parade Salib, 2015, di Solo, Jawa Tengah: Eksperimen Kristenisasi

 

Selain momentum menyambut datangnya bulan Ramadhan 1436 H, yang jatuh pada pertengahan Juli 2015. Tersebar kabar, diselenggarakannya Parade Tauhid ini, terutama dipicu oleh aktivitas Kristen baru-baru ini yang dapat mengundang sentimen publik.

Sejak Wali Kota Solo di jabat oleh Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo, yang beragama Katolik, dan wakilnya Ahmad Purnomo, aktivitas Kristen di Solo kian marak. Rudy yang dilantik menjadi Walikota, Jumat (19/10/2012), merupakan Walikota pertama yang beragama Katolik sepanjang sejarah kota Solo.

Memperingati Paskah, perayaan wafatnya Yesus Kristus, pada Rabu 29 April 2015 lalu, umat Kristiani di Kota Surakarta mengadakan Kirab Salib secara besar-besaran yang digelar oleh gabungan gereja se-Kota Solo.

Kirab Salib tersebut dilaksanakan berupa karnaval dengan berjalan kaki dari Lapangan Kota Barat menuju Stadion R Maladi Sriwedari menyusuri jalan Slamet Riyadi. Ada tiga barisan konvoi yang memeriahkan parade salib ini, yakni barisan nasional, barisan rohani dan barisan budaya.

Kirab dimulai pukul 15.00 tepat dengan diikuti sekitar 1200 peserta. Nampak berbagai kostum memeriahkan kirab, antara lain kostum rohaniawan Kristen Katolik, kostum kebudayaan Jawa, kostum jaman Tuhan Yesus di salib serta ada barisan pemanggul salib Yesus yang berjumlah 270 salib. Nampak anggota TNI beragama Kristen dari Yonif 413 juga ikut dalam rombongan memanggul salib ini.

“Yang menarik dalam kirab Paskah kali ini ada barisan pemanggul salib Yesus yang berjumlah 270 salib. Jumlah tersebut menandai hari jadi kota Solo ke 270 tahun ini,” kata ketua panitia parade salib, Pendeta Obaja Tanto Setiawan pada para wartawan.

Menyaksikan perhelatan Kirab Salib yang baru pertama kali diselenggarakan di Solo, seakan ingin menunjukkan kepada publik bahwa Solo adalah kota salib. Seorang pengajar di Pesantren Tahfidzul Qur`an, Kota Barat, salah satu pesantren di bawah supervisi Ma’had Abu Bakar Universitas Muhammadiyah Surakarta, bernama Ahmad mengungkapkan kekhawatirannya.

“Yang membuat saya khawatir, kirab salib ini melewati pesantren Kota Barat yang mencetak para penghafal Al-Qur`an. Kirab Salib itu akan memberikan sebuah pengalaman yang membekas bagi para santri. Apalagi dalam kirab tersebut didemonstrasikan peragaan anti kemanusiaan, yaitu penyiksaan Yesus Kristus,” katanya.

Oleh karena itu, Parade Tauhid di Solo ini, tak berhenti sampai di sini saja, pawai dan setelah itu kembali pada rutinitas. Tapi momentum ini menjadi awal mewujudkan persatuan umat menuju visi: “Umat Islam Solo Ingin Pemimpin Bertauhid,” seperti dikibarkan dalam salah satu spanduk hari itu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top