Oleh Kholili Hasib
Risalah Mujahidin – Bagi kebanyakan orang, kesuksesan masih diukur dari keberhasilan mencapai puncak jabatan di kantor, perusahaan, lembaga pemerintahan, dan lain-lainnya yang terkait dengan materi. Cara pandang duniawi ini menggeser dan meremehkan profesi ibu rumah tangga. Kita dapati misalnya, seorang Muslimah, ibu rumah tangga, berpendidikan tinggi merasa ‘rendah diri’ dan malu menjawab ketika temannya menanyakan profesinya. “Saya hanya seorang ibu rumah tangga.”
Bangga dan Terhormat
Bagi Muslimah yang telah menentukan pilihannya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, seharusnya tidak perlu malu apalagi merasa rendah diri. Setinggi apapun gelar akademiknya, tetaplah karier sebagai ibu, tidak meruntuhkan kehormatannya. Kehormatan sejati itu terhormat di sisi Allah Swt, bukan di hadapan manusia.
Allah Swt berfirman, “Wahai manusia, sungguh Kami ciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling memahami. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bersih dari kesyirikan. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Mahaluas ilmu-Nya.” (Qs. Al-Hujurat [49]: 13)
Harta banyak, jabatan tinggi, intelektualitas tidak diragukan namun jika tidak menjadikan segala aktivitasnya untuk bertakwa pada-Nya, tidak akan bernilai apa-apa. Harta, jabatan dan keilmuan harusnya menjadi sarana yang sangat baik untuk mencapai derajat bertakwa. Harta, jabatan dan ilmu adalah amanah, sehingga harus digunakan dengan baik menurut apa yang diinginkan Allah.
Akhirat adalah tujuan utama, maka harus benar-benar dikejar. Allah Swt berfirman, “Wahai kaum Mukmin, bersegeralah kalian meraih ampunan dari Tuhan kalian dengan bertaubat dan meraih surga yang luasnya seluas seluruh langit dan bumi. Surga itu disediakan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan bertauhid.” (Qs. Ali Imran [3]: 133)
Ibu rumah tangga yang menjadikan akhirat, takwa kepada Allah Swt sebagai acuan, merupakan ibu rumah tangga idaman dan sangat terhormat. Karena itu, peran ibu tidak bisa diremehkan dalam pembangunan masyarakat. Keadaban masyarakat dibentuk secara mendasar dari keadaban rumah tangga. Sedangkan seorang ibu adalah salah satu penentu membangun adab anggota keluarganya, terutama anak-anaknya.
Ibu adalah manajer dalam rumah. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya.” (HR. Bukhari)
Anak-anak yang cerdas, shalih, shalihah lahir dari didikan rumah yang baik. Sayyidah Fatimah az-Zahra juga tidak lahir kecuali dari seorang ibu yang hebat bernama Khadijah r.a. Imam Syafi’i, lahir dari seorang ibu yang shalihah dan cerdas dalam mendidik.
Karena menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi anak-anak, dan kualitas rumah tangga, maka tidak salah Rasulullah Saw bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. Ahmad)
Hadis ini memiliki makna penting yaitu, posisi ibu sangat terhormat, kerja profesi ibu rumah tangga harus dikaitkan dengan Jannah sebagai tujuan. Karena itu, sangat tidak tepat jika seorang ibu merasa rendah diri dengan berkarier sebagai ibu rumah tangga, justru harus bangga karena profesi yang mulia di sisi-Nya.
Menjadi Berkualitas
Masyarakat yang baik bermula dari rumah tangga yang baik. Rumah tangga yang baik sangat ditentukan kepintaran ibu mengelola anggota keluarga menjadi individu beradab. Dan kualitas ibu rumah tangga tergantung dari cara berpikirnya mengenai rumah tangga. Berikut ini tips agar ibu menjadi ibu rumah tangga yang berkualitas dan terhormat.
- Memiliki manajemen waktu
Berbeda dengan pekerja kantoran yang selalu diatur waktu, maka seorang ibu rumah tangga punya hak untuk mengatur waktu kerjanya. Bos baginya adalah dirinya sendiri. Malas-rajin, lambat-cekatannya, tergantung bagaimana dia dapat memanajemen waktunya secara profesional. Memanfaatkan waktu secara optimal-efektif dan efisien. Kapan waktu yang tepat untuk berlibur, bermain, belajar dan mengaji. Waktu shalat berjamaah dan baca Al-Qur`an untuk anak-anak harus di jadwal dengan baik. Semua harus direncanakan sesuai porsinya.
- Mendidik diri
Ibu adalah seorang pendidik, maka ia harus memiliki wawasan ilmu yang cukup sebagai bekal men-ta’dib anak-anak. “Ibu adalah madrasah pertama.” Sebagai madrasah, maka sangat pantas jika ada seorang ibu berpendidikan doktor. Seorang master atau doktor tidaklah perlu malu berkarier menjadi ibu rumah tangga. Anggaplah kerja ini layaknya kerja kantor. Manajemen rumah profesional, tertib dan disiplin. Memiliki buku agenda kerja yang memiliki target-target baik. Mereka juga dapat gaji. Harus ditanamkan dalam hati, gaji itu Allah Swt yang membayarnya. Sehingga, ‘gaji’ Allah patutlah dibanggakan, karena tiada tara jika dibandingkan gajinya manusia.
Namun berpendidikan tidak harus berpendidikan tinggi. Wawasan bisa diperoleh tanpa kuliah, bahkan bisa jadi tidak kalah dengan bangku kuliah. Ikutlah majelis-majelis pengajian, atau majelis ilmu yang lain. Mungkin saja ilmu diambil dari mengikuti seminar-seminar. Hal itu bisa ditambah dengan wawasan yang diberi sang suami. Jadi ibu, harus pintar. Dan karier ibu rumah tangga itu sebenarnya kariernya Muslimah yang pintar dan terhormat. Yang pasti, wawasan agama menjadi paling penting, terutama akidah.
- Rajin membaca juga harus menjadi kebiasaan
Bagaimana mungkin anak-anak gemar baca jika ibunya malas membaca. Baik membaca buku maupun membaca Al-Qur`an harus terjadwal dengan baik dan memiliki target. Ciptakan perpustakaan yang nyaman di rumah, agar anggota keluarga betah menikmati buku. Dengan membaca, seorang ibu tidak akan kalah wawasannya dengan para wanita-wanita di kantoran. Jika perlu di waktu luang anak-anak diajak ke toko buku, mendidik agar mencintai buku. Berkunjung ke pesantren atau ulama untuk menanamkan anak mencintai ilmu.
Oleh karena itu, kehormatan dan kesuksesan berkarier sebagai ibu rumah tangga, sebenarnya tidak hanya dengan berdiri sebagai guru/tutor bagi anaknya. Akan tetapi, secara praktis, ibu merupakan pengusung nilai-nilai keadaban dalam masyarakat kecil yang bernama keluarga. Yang diusung bukan nilai-nilai materialisme, tapi nilai-nilai mulia, nilai keadaban yang mengangkat derajat diri dan keluarganya kepada derajat terhormat di sisi Allah swt. Jadi ibu, harus berpandangan hidup Islam (worldview of Islam).
Adapun Muslimah yang bekerja di luar, boleh saja, namun jangan sampai mengabaikan tugas terhormat dan suci di keluarganya. []