Oleh Al-Ustadz Muhammad Thalib
Amir Majelis Mujahidin
Risalah Mujahidin – Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat dengan perintah, ‘Taatlah kepada Allah dan jauhilah segala kesyirikan.’ Di antara mereka ada yang Allah beri hidayah dan ada yang tetap sesat. Oleh karena itu, berkelanalah kalian di muka bumi, dan perhatikan bagaimana akibat buruk yang menimpa orang-orang yang mendustakan para rasul itu.” (Qs. An-Nahl [16]: 36)
Kata ‘thagut’ dalam bahasa Arab, salah satu artinya adalah aqidah dan perbuatan syirik. Sedangkan kata ‘thagut’ secara umum bermakna semua aqidah yang sesat, perbuatan yang menyalahi Syari’at Islam, simbol-simbol yang menyalahi syariat Nabi Ibrahim ’alahissalam, dan semua hukum dalam bentuk apapun yang menyalahi Syari’at Allah dan rasul-Nya.
Kata ‘thagut’ secara harfiah berarti menyimpang atau menyeleweng. Sedangkan menurut istilah syari’at, ‘thagut’ adalah apapun hal yang menyelewengkan manusia dari beribadah kepada Allah sehingga manusia melakukan berbagai macam penyimpangan atau menempuh jalan sesat yang didasarkan kepada hawa nafsunya. Jadi, dalam pengertian lebih spesifik, ‘thagut’ berarti mempertuhan hawa nafsu, baik dalam tingkah laku maupun pemikiran.
Contoh dalam tingkah laku, mensakralkan kuburan orang yang dianggap keramat, mengambil barakah dari tempat-tempat yang dahulunya didiami orang shalih. Juga, melakukan tirakatan di bulan tertentu dan di tempat tertentu untuk mendapatkan barakah dan lain sebagainya. Seperti melaksanakan shalat malam khusus memperingati hari kemerdekaan di malam 17 Agustus.
Adapun ‘thagut’ dalam pemikiran, contohnya, paham nasionalisme, materialisme, liberalisme, kesetaraan gender dam isme-isme lainnya yang muncul dari sumber hawa nafsu.
Thagut juga mencakup pengertian langkah-langkah setan yang membisikkan kesesatan ke dalam hati manusia sehingga manusia mengikuti kebatilan atau segala bentuk syubhat seperti halnya kebatilan agama penyembah berhala, Shabi’i, Yahudi dan Nasrani. Karena agama-agama semacam ini oleh Allah ditegaskan sebagai agama kafir.
مَّا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Wahai orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kafir, serta kaum musyrik Makkah sangat ingin kalian tidak mendapatkan nasib baik dari Tuhan kalian. Akan tetapi Allah tetap memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah yang memiliki semua karunia lagi Mahabesar kekuasaan-Nya.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 105)
Termasuk thaghut juga, penguasa yang menerapkan hukum-hukum jahiliah, atau hukum yang bertentangan dengan syari’at Islam, sekalipun dia mengaku Muslim.
Jadi, mengingkari thagut berarti mengingkari semua bentuk kepercayaan maupun perilaku yang menyebabkan manusia sesat dari jalan Allah, sehingga ia hidup di bawah kendali setan dan hawa nafsu. Karena itu, bagaimana langkah konkrit yang harus kita lakukan untuk terjauh dari thagut?
Langkah konkritnya ialah pasrah total kepada Allah, taat sepenuhnya kepada syari’at Allah baik dalam urusan aqidah maupun amaliah. Dengan demikian seorang yang mengingkari thagut benar-benar tidak boleh mendekati kelompok-kelompok yang memusuhi Islam atau bersikap tidak menghormati Islam atau netral agama.
Karena orang-orang yang bersikap demikian sesungguhnya adalah termasuk golongan kafir, sebagaimana Allah sebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 257:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Allah senantiasa melindungi orang-orang mukmin. Allah senantiasa menjauhkan orang-orang mukmin dari kekafiran dan memasukkan mereka ke dalam Islam. Adapun yang menjadi teman bagi orang-orang kafir adalah setan. Setan-setan itu menjauhkan orang-orang kafir dari Islam dan memasukkan mereka ke dalam kekafiran. Kelak di akhirat, orang-orang kafir menjadi penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 257)
Jadi, thagut dalam segala bentuknya bila telah menyesatkan para pengikut dan pendukung-pendukungnya, yang bersangkutan pasti menolak untuk tunduk kepada Allah, dan mereka bersedia mengikuti apapun yang diajarkan oleh thagut. Banyak cara yang digunakan para thagut untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.
Misalnya, manipulasi makna kata. Sebagai contoh, kata Islam diartikan sebagai pasrah atau patuh. Maka siapapun yang patuh kepada aturan dengan baik dan pasrah kepada pimpinan yang menjadi pemimpinnya, maka dia dianggap telah berislam. Manipulasi makna Islam seperti ini, dulu dilakukan oleh Nurcholis Madjid di tahun 1971 dalam upaya mensosialisasikan gerakan sekulerisasi Islam.
Padahal pengertian Islam yang sebenarnya adalah Syari’at Allah yang disampaikan oleh para Nabi-Nya untuk dijadikan tatanan hidup bagi manusia. Memaknai Islam sekadar patuh, pasrah, damai, secara harfiyah berarti merendahkan firman Allah yang memerintahkan untuk melaksanakan Syari’at Allah sepenuhnya:
“Wahai kaum Mukmin, ikutilah Syari’at Islam itu seluruhnya. Janganlah kalian mengikuti bujukan-bujukan setan. Setan itu musuh yang nyata-nyata merugikan kalian.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 208)
Memaknai suatu kata menurut seleranya sendiri juga dilakukan oleh kelompok liberal di kalangan Muhammadiyah tahun 2000. Kelompok ini yang ditokohi oleh Prof. Dr. Amin Abdullah, Pimpinan Pusat Tarjih Muhammadiyah mengatakan, bahwa kaum muslimin termasuk golongan Ahli Kitab. Karena Al-Qur’an itu adalah kitab, maka pengikut Al-Qur’an juga disebut ahli kitab.
Ketika diingatkan dengan surat Al-Bayyinah ayat 6:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Orang-orang kafir dari kaum Yahudi, kaum Nasrani, dan kaum musyrik benar-benar akan masuk neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah manusia yang paling jahat.”
Jika menganggap kaum muslimin adalah Ahli Kitab, karena mewarisi kitab seperti kaum Yahudi dan Nasrani. Beranikah Anda menyatakan kaum muslimin itu kafir sebagaimana kafirnya kaum Yahudi dan Nasrani?
Spontan Prof. Dr. Amin Abdullah menjawab, “Ya, karena Pak Thalib bahasa Arabnya lebih baik dari saya.” Begitulah model kelompok liberal dalam menyesatkan umat, yaitu menggunakan istilah baku dalam Islam dengan pengertian yang sama sekali berbeda dari yang dimaksud oleh umat Islam sendiri.
Cara lainnya, memaparkan kelemahan-kelemahan umat Islam dan membanggakan kelebihan-kelebihan umat lain agar umat Islam meninggalkan sikap fanatiknya kepada agamanya. Seperti yang dilakukan oleh kelompok pluralisme yang gigih membanggakan kemajuan teknologi kaum kafir, sehingga mempesona massa umat Islam yang bodoh. Tujuan mereka untuk memperlemah aqidah umat Islam agar bisa menerima doktrin mereka bahwa semua agama itu benar; yang penting agama membawa kemajuan dan perbaikan nasib bagi manusia. Sebab, agama itu untuk kepentingan manusia dan bukan manusia untuk kepentingan agama, seperti retorika oleh Menteri Agama Moenawir Sadzali antara tahun 1983 sampai 1993.
Itulah sekelumit contoh dari thagut yang berupa pemikiran atau konsep hidup atau ideologi. Maka mengingkari thagut tidak sekadar tidak menyembah berhala atau melakukan perbuatan-perbuatan haram, tapi mengingkari pemikiran, konsep dan ideologi yang menyesatkan manusia dari jalan Allah juga masuk kategori mengingkari thagut.
Wallahu’alam bish shawab…